PENDEKATAN
SUPERVISI PENDIDIKAN
I.
PENDAHULUAN
Menurut Peter
F. Oliva, Tujuan Supervisi Pendidikan adalah: Mengembangkan kurikulum yang
sedang dilaksanakan di sekolah, Meningkatkan proses belajar mengajar di
sekolah, dan Mengembangkan seluruh staf di sekolah. Tujuan Supervisi Pendidikan
ini tidak akan diraih apabila Supervisor tidak menggunakan metode, Pendekatan
serta Teknik-teknik yang baik dan benar dalam menjalankan tugasnya.
Dalam makalah
ini, akan dijelaskan pendekatan-pendekatan yang didasarkan pada Psikologi, dan
tak lupa dalam makalah ini dicantumkan prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan.
II. RUMUSAN
MASALAH
A.
Apa saja macam-macam pendekatan
supervisi pendidikan?
B.
Apakah prinsip-prinsip
pendekatan supervisi pendidikan?
III.
PEMBAHASAN
A.
Macam-macam pendekatan
supervisi pendidikan
Pendekatan yang digunakan dalam
menerapkan supervisi modern
didasarkan pada prinsip–prinsip psikologis . Suatu pendekatan atau teknik
pemberian supervisi, sangat
bergantung pada prototipe guru. Ada satu
paradigma yang dikemukakan Glickman untuk memilah-milah guru dalam empat
prototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki dua kemampuan dasar, yaitu
berpikir abstrak dan komitmen serta kepedulian.
Setiap sisi yang terdapat
diatas garis komitmen (garis horizontal) daya abstraknya (A) positif.
Sisa semuanya rendah (-) sehingga sisi
II K-, sisi III A- dan K-. Dengan demikian kita menemukan:
I.
Pada sisi I daya
A+ K+ guru semacam ini disebut guru yang profesional .
II.
Pada sisi II daya
abstrak tinggi A+, tetapi komitmen (K-) disebut guru yang tukang
kritik
III.
Pada sisi III daya abstrak rendah (A-) tetapi komitmen tinggi (K+)
disebut guru yang terlalu sibuk.
IV.
Pada sisi IV daya
abstrak rendah (A-) dan juga komitmen rendah (K-) disebut
guru yang tidak bermutu
Pendekatan dan perilaku serta teknik
yang diterapkan dalam memberi supervisi
kepada guru-guru berdasarkan
prototipe guru seperti yang disebut diatas . Bila guru profesional maka
pendekatan yang digunakan adalah non -direktif.
Perilaku supervisor (1) mendengarkan ,(2) memberanikan (3) menjelaskan
(4) menyajikan (5) memecahkan masalah.
Teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan aktif.
Bila gurunya tukang kritik atau
terlalu sibuk maka pendekatan yang diterapkan adalah kolaboratif. Perilaku
supervisi (1) menyajikan (2) menjelaskan
,(3)mendengarkan , (4) memecahkan masalah, (5) negosiasi. Teknik yang digunakan
percakapan pribadi,dialog menjelaskan
Bila gurunya tidak bermutu , maka
pendekatan yang digunakan adalah direktif.
Perilaku supervisor (1)menjelaskan , (2)menyajikan (3)mengarahkan , (4)memberi
contoh ,(5) menetapkan tolok ukur dan (6) menguatkan
Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma
kategori diaatas maka dapat diterapkan berbagai pendekatan teknik dan perilaku
supervisi berdasar data mengenai guru yang sebenarnya yang memerlukan pelayanan
supervisi. Berikut ini akan disajikan beberapa pendekatan perilaku supervisor.
(1)
Pendekatan
direktif (langsung)
Yang dimaksud pendekatan direktif
adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung supervisor memberikan arahan langsung
sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini
berdasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme. Prinsip Behaviorisme
ialah bahwa segala perbuatan bersal dari refleks yaitu respon terhadap
rangsangan (stimulus ). Oleh karena itu guru ini mengalami kekurangan maka
perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. supervisor dapat menggunakan
penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).
(2)
Pendekatan tidak
langsung (non direktif)
Yang dimaksud dengan pendekatan
tidak langsung(non-Direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung . Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
permasalahan tapi ia lebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan
oleh guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru-guru untuk
mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini
berdasarkan pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu
dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi oleh
guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, memahami
apa yang dialami guru-guru.[1]
Psikologi humanistik dalam
kaitannya dengan supervisi pembelajaran , bahwa belajar haruslah dilakukan
dengan penemuan sendiri oleh siswa. Oleh
karena itu , dalam belajar demikian ,tingkat tanggung jawab guru rendah ,
sementara tingkat tanggung jawab siswa tinggi.[2]
Perilaku
supervisor dalam pendekatan non-direktif
adalah sebagai berikut.
(1). Mendengarkan
(2). Memberi penguatan
(3). Menjelaskan
(4). Menyajikan
(5). Memecahkan masalah.
Pendekatan ini berangkat dari premis bahwa belajar pada dasarnya
adalah pengalaman pribadi, sehingga pada akhirnya individu harus mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Peranan supervisor disini adalah mendengarkan,
mendorong, atau membangkitkan kesadaran sendiri dan pengalaman – pengalaman guru
diklasifikasikan.[3] Oleh karena itu, pendekatan ini bercirikan perilaku supervisor
dimana supervisor mendengarkan guru, mendorong guru, mengajukan pertanyaan, menawarkan
pikiran bila diminta dan membimbing guru untuk melakukan tindakan. Tanggung
jawab supervisi lebih banyak berada di pihak guru.[4] Bagi guru, pemecahan masalah ini tidak lain daripada upaya
memperbaiki dan meningkatkan pengalaman belajar murid di kelas.
Dalam penelitiannya Blumberg sebagaimana yang dikutip oleh Sri
Benun Muslim, menemukan bukti dan menunjukkan bahwa guru lebih suka, jika supervisor
menggunakan pendekatan non direktif dalam wawancara supervisi. Para guru merasa
bahwa dalam bentuk pertemuan semacam itu lebih efektif. Ditemukan juga bahwa
supervisor yang menggunakan pendekatan direktif kurang disukai oleh para guru
ketimbang menggunakan pendekatan non direktif. Ia menyimpulkan bahwa jika
supervisor menekankan refleksi,atau bertanya untuk memperoleh informasi guna
membuka komunikasi wawancara supervisi mereka, para guru menilainya sebagai
pertemuan supervisi yang positif. Bila para supervisor lebih banyak berbicara
dalam pertemuan itu, para guru menilai pertemuan kurang positif atau mungkin
negatif.[5]
Pada pendekatan non direktif, guru menunjukkan tanggung jawab yang
tinggi. Tugas supervisor pada pendekatan ini adalah mendengarkan dan
memperhatikan dengan cermat akan keprihatinan guru terhadap masalah peningkatan
pengajarannya, dan sekaligus gagasan guru sebagai upaya mengatasinya. Peranan
supervisor adalah meminta penjelasan terhadap hal – hal yang telah diungkapkan
oleh guru, terutama hal yang kurang dipahaminya. Selanjutnya, ia mendorong guru
untuk mewujudkan inisiatif yang dipikirkan oleh guru untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya serta menngkatakan pengajarannya.
Perilaku pokok supervisor dalam pandangan non direktif tersebut
meliputi: mendengarakan,mengklarifikasi,mendorong,mempresentasikan, dan
bernegosiasi. Target akhir yang diinginkan perilaku supervisor yang non
direktif adalah perencanaan guru sendiri (teacher self plan).Hal – hal yang
dapat dilakukan supervisor dalam pendekatan non direktif ini antara lain :
·
Supervisor
mendengarkan, memperhatikan dan mendiskusikan pengajaran dengan guru.
·
Supervisor
mendorong guru untuk mengembangkan pengajarannya.
·
Supervisor
mengajukan pertanyaan.
·
Apabila
guru mengajukan pertanyaan, sedangkan supervisor mengajukan upaya pemecahan
masalah.
·
Supervisor
bertanya kepada guru guna menentukan suatu tindakan.
Jika supervisi pengajaran dalam pandangan non direktif ini
ditempatkan dalam kerangka pendekatan klinik maka dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1. Pada saat pre conference, supervisor mendengarkan masalah – masalah
yang diajukan oleh guru. Selanjutnya supervisor, melakukan diagnosis.
2. Pada saat observasi,
supervisor mengamati hal – hal yang patut diamati dari guru, misalnya saat
mengelola kelas dan melaksanakan proses belajar mengajarnya. Berdasarkan atas
interprestasi hasil pengamatannya, kemudian supervisor memberi pengarahan
kepada guru agar tahu masalahnya sendiri, mengetahui kelebihan sekaligus
kekurangan dalam dirinya.
3. Analisa dan interprestasi
Pada
tahap ini supervisor menganalisa dan menginterprestasikan hal – hal yang sudah
diamati terkait dengan permasalahan yang dialami guru untuk selanjutnya
menentukan bagaimana langkah selanjutnya pemecahan masalah
4. Pada saat post conference, supervisor mengidentifikasi kembali
kelebihan dan kekurangan tampilan guru. Selanjutnya supervisor dapat
mempertanyakan kepada guru langkah apa saja yang dapat dilakukan oleh guru
untuk mengatasi kekurangannya sendiri.
5. Diskusi
Pada tahap ini supervisor dengan aktif mendengarkan, menyatakan
dengan cara lain, menanyakan pertanyaan, dan menjaga arah guru dalam jalur
supervisor non direktif. Supervisor tidak lengah bekerja terhadap seorang guru
perencana, yang bisa dihasilkan dari meminjam ide atau dari pemahaman guru itu
sendiri.
Pre coference
|
Adapun desain langkah – langkah dalam pembinaan guru dengan pendekatan
non direktif adalah sebagai berikut :
Pada tahap ini supervisor mendengarkan masalah – masalah yang
diajukan oleh guru selanjutnya supervisor mendiagnosis gejala yang dialami oleh
guru tersebut.
Observasi
|
Analisa dan
interpretasi
|
Pada
tahap ini supervisor mengamati hal – hal yang patut diamati dari guru, misalnya
saat mengelola kelas dan melaksanakan proses belajar mengajarnya. Berdasarkan
atas interprestasi hasil pengamatannya, kemudian supervisor memberi pengarahan
kepada guru agar tahu masalahnya sendiri, mengetahui kelebihan sekaligus
kekurangan dalam dirinya, Pada
tahap ini supervisor menganalisa dan menginterprestasikan hal – hal yang sudah
diamati terkait dengan permasalahan yang dialami guru untuk selanjutnya
menentukan bagaimana langkah selanjutnya pemecahan masalah.
Post
coference
|
Pada tahap ini supervisor mengidentifikasi kembali kelebihan dan
kekurangan tampilan guru. Selanjutnya supervisor dapat mempertanyakan kepada
guru langkah apa saja yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi
kekurangannya sendiri.
(3)
Pendekatan kolaboratif
A. Pengertian Pendekatan Kolaboratif
Sebelum membahas
lebih jauh tentang pendekatan Colaboratif, ada baiknya dipahami dahulu apa yang
dimaksud dengan pendekatan Colaborative. Hal ini dimaksudkan dalam memahami
pendekataan ini sehingga dapat dihindari berbagai pembahasan yang kurang
penting dalam bab ini.
Yang dimaksud dengan
pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan
direktif dan non-direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini
supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur,
proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
dihadapi guru. Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi
kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada
gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan
demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas.[6]
Pendekatan
Kolaboratif adalah pendekatan yang memberi warna kemitraan antara supervisor
dan orang yang memberi supervisi. Pendekatan ini ditempuh sebagai bentuk upaya
dalam memahami orang yang disupervisi agar dalam melakukan supervisi dapat
diperoleh hasil yang memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Selain itu
pendekatan ini juga mempunyai beberapa arti seperti misalnya.
1. Proses perubahan, cara mendekati
2. Usaha dalam rangka aktifitas
penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, atau
metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian seterusnya.
Dari pengertian yang pertama dapat dipahami bahwa pendekatan kolaboratif
merupakan cara yang dipakai oleh seorang supervisor untuk mendekati orang yang
disupervisi agar terjadi hubungan yang baik antara keduanya, sehingga
dimungkinkan data yang diperoleh objektif serta mampu memberikan solusi bagi
permasalahan yang muncul secara tepat.
Menurut Binti Maunah
pengertian pertama dapat diterapkan dalam supervisi klinis, terutama jika
dikaitkan dengan cara mendekati materi yang akan dibicarakan dalam pertemuan
sesudah supervisi dilaksanakan. Hal ini akan mewarnai bentuk relasi antara
supervisor dengan orang yang disupervisi. Disamping itu pengertian kedua juga
dapat diterapkan jika yang di supervisi sama-sama ingin memahami permasalahan
yang perlu dibahas.
Dari penerapan diatas
dapat dipahami bahwa pendekatan Kolaboratif adalah pendekatan yang memberikan
warna kemitraan antara supervisor dan orang yang disupervisi dalam usaha untuk
memperoleh pemahaman bersama tentang permasalahan yang perlu dibahas sehingga
dapat diperoleh sebuah solusi yang tepat dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
B. Karakteristik pendekatan
Kolaboratif
Sebagaimana telah diketahui bahwa supervisi
adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki
secara bersama-sama. Faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Kegiatan ini diarahkan untuk membantu
kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya agar dapat mencapai target yang
diinginkan.
Salah satu pendekatan dalam melaksanakan supevisi adalah pendekatan
kolaboratif. Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
·
Supervisor bertindak sebagai mitra atau
rekan kerja
·
Kedua belah pihak berbagi kepakaran
·
Pendekatan yang digunakan merupakan
pendekatan inkuiri yakni, saya mencoba memahami apa yang dilakukan oleh orang
yang saya amati.
·
Diskusi sebagai langkah lanjut dari
pengalaman bersifat terbuka atau fleksibel dan tujuannya jelas.
·
Tujuan supervisi ialah membantu guru dan
kepala sekolah berkembang menjadi tenaga-tenaga profesional melalui
kegiatan-kegiatan reflektif.
Dengan memahami karakteristik
diatas dapat diilustrasikan bahwa dengan pendekatan kolaboratif, supervisi yang
diterapkan akan terasa tenang dan tidak mengandung ketegangan. Bahkan
sebaliknya yang muncul adalah suasana akrab dan saling memahami antar satu
dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena supervisor menempatkan dirinya
sebagai mitra bagi guru yang disupervisi bukan sebagai arspektor yang mencari kesalahan dari guru.
Disamping itu supervisi kolaboratif memberikan ruang terbuka
bagi guru sehingga guru mendapat kesempatan yang luas guna menyampaikan ide
ataupun maslah-masalah yang muncul dalam proses pembelajaran.Sehingga dari
diskusi yang dilakukan akan mucul ide-ide baru yang merupakan problem solving
dalam problem-problem yang ditemukan dalam proses pembelajaran.
C. Sasaran Pendekatan Kolaboratif
Glickman sebagaimana
dikutip oleh Binti Maunah menjabarkan adanya tiga tahapan perkembangan
profesional, yaitu: perkembangan profesional tingkat rendah (tahap 1),
perkembanagn profesional tingkat moderat (tahap II), perkembangan profesional
tingkat tinggi (tahap III), tahapan itu digunakannya untuk menetapkan pilihan
pendekatan supervisi terhadap guru. Dengan demikian guru yang diduga berada
dalam tahap I, supervisi yang digunakan adalah directive. Sedangkan yang telah
berada pada tahap II menggunakan pendekatan kolaboratif. Untuk guru yang telah
memasuki tahap III, pendekatan supervisinya adalah non-direktif (Glickman dan
Gordon, 1987).
Ungkapan Glickman diatas memberikan gambaran bahwa supervisi dengan pendekatan kolaboratif tepat digunakan kepada guru yang berada pada tingkat profesional tahap II (moderat). Katagorisasi Glickman terhadap guru didasarkan atas dua aspek (unsur) penting diistilahkan dengan kepedulian, yang diklasifikasikannya atas tiga katagori kepedulian diri sendiri, siswa dan profesionalisasi : dan untuk abstraksi, dipakainya istilah kekompakan kogeritif, paduan tingkat kekompakan kogeritif dan tingkat kepedulian, yang masing-masing berkategori: rendah, sedang dan tinggi itu, selanjutnya digunakan untuk menetapkan pilihan pendekatan supervisi pengajaran.
Ungkapan Glickman diatas memberikan gambaran bahwa supervisi dengan pendekatan kolaboratif tepat digunakan kepada guru yang berada pada tingkat profesional tahap II (moderat). Katagorisasi Glickman terhadap guru didasarkan atas dua aspek (unsur) penting diistilahkan dengan kepedulian, yang diklasifikasikannya atas tiga katagori kepedulian diri sendiri, siswa dan profesionalisasi : dan untuk abstraksi, dipakainya istilah kekompakan kogeritif, paduan tingkat kekompakan kogeritif dan tingkat kepedulian, yang masing-masing berkategori: rendah, sedang dan tinggi itu, selanjutnya digunakan untuk menetapkan pilihan pendekatan supervisi pengajaran.
Namun penelitian yang
dilakukan oleh Ginkel (1983) menghasilkan kesimpulan yang menyatakan tidak
ditemukannya hubungan antara guru dengan tingkat konseptual mereka. Pernyataan
ini berbeda dengan hasil penelitian Glickman yang menyatakan bahwa tingkat
konseptual sangat mempengaruhi terhadap penelitian pendekatan supervisi yang
diterapkan.
Pada sisi lain
pengalaman mengajar guru memiliki peranan penting dalam menetapkan supervisi.
Para guru yang kurang bermotivasi dan kurang terampil memiliki kecenderungan
untuk disupervisi dengan pendekatan direktif. Mereka yang telah berhasil
mengembangkan kompetensi dan motivasinya cenderung lebih menyukai pendekatan
kolaboratif, sedangkan para guru yang telah memiliki latar belakang pengalaman
yang cukup luas, kompetensi dan motivasinya tinggi, mampu bekerja bersama atau
bekerja sendiri dan mampu menemukan cara mendorong murid belajar mandiri,
pendekatan yag sesuai untuk mereka adalah pendekatan non direktif (Glickman,
1985). Hasil penelitian itu ditunjang pula oleh penelitian lain, yang di
kerjakan oleh Ngugi (1984) yang melaporkan penemuannya, bahwa guru-guru yang
telah berpengalaman lebih menyukai disupervisi dengan menggunakan pendekatan
non direktif, atau kalau boleh dianalogkan dengan perilaku kepemimpinan yang
dianjurkan untuk dilakukan oleh pejabat sekarang ini di Indonesia, yaitu
berkembangnya perilaku itu dan “budaya menggurui atau mengktitik”ke “ budaya
mendengar.”
B. Prinsip-Prinsip Supervisi
Pendidikan
Dalam
melaksanakan tugasnya, supervisor hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip
supervisi. Menurut E. Mulyasa
prinsip-prinsip
supervisi antara lain:
- Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis,
- Dilaksanakan secara demokratis,
- Berpusat pada tenaga kependidikan (guru),
- Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru),
- Merupakan bantuan profesional
Dalam
buku Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan karangan Piet A. Sahertian
mengemukakan prinsip supervisi antara lain:[7]
- Prinsip ilmiah (scientific), prinsip ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kegiatan supervisi
dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan
pelaksanaan proses belajar mengajar.
b) Untuk memperoleh data
perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan
pribadi, dan seterusnya.
c) Setiap kegiatan
supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinue.
2.
Prinsip Demokratis
Layanan
dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang
akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan
tugasnya.
3.
Prinsip kerjasama
Mengembangkan
usaha bersama atau menurut istilah supervisi ‘sharing of idea, sharing of
experience’, memberi support mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka
merasa tumbuh bersama.
4.
Prinsip konstruktif dan
kreatif
Setiap
guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau
supervisi mampu mencipakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui
cara-cara yang menakutkan.
Sedangkan
Oteng Sutisna mengemukakan prinsip dalam pelaksanaan kegiatan supervisi, yaitu:
1.
Supervisi merupakan
bagian integral dari program pendidikan yang bersifat kooperatif dan
mengikutsertakan
2.
Semua guru memerlukan
dan berhak atas bantuan supervisi
3.
Supervisi hendaknya
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan perseorangan dari personil sekolah
4.
Supervisi hendaknya
membantu menjelaskan tujuan-tujuan dari sasaran-sasaran pendidikan
5.
Supervisi hendaknya
membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari semua anggota staf sekolah
6.
Tanggung jawab bagi
pengembangan program supervisi berada pada kepala sekolah bagi sekolahnya.
7.
Efektivitas program
supervisi hendaknya dinilai secara periodik.
Dengan
demikian prinsip supervisi merupakan bagian yang sangat penting untuk dijadikan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan supervisi. Dalam pelaksanaan prinsip
supervisi sangat terlihat dari peran kepala sekolah sebagai supervisor atau
pengawas internal bagi sekolahnya dalam memajukan dan mengembangkan sekolahnya,
sehingga dengan adanya pedoman.prinsip supervisi kepala sekolah diharapkan
memberikan pelayanan yang baik tanpa ada pemaksaan kepada guru-guru atau
personal.
IV.
KESIMPULAN
Dari
beberapa penjelasan diatas, mengenai macam-macam pendekatan supervisi pendidikan
dan prinsip-prinsip supervisi pendidikan dapat disimpulkan:
1.
Dalam tugasnya sebagai
pengawas para supervisor mempunyai bebapa pendekatan dalam membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi para guru. Pendekatan itu dapat
dilaksanakan secara langsung (direktif), tidak langsung (non-direktif),
dan kolaboratif.
2.
Pendekatan langsung
(direktif) maksudnya adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung supervisor memberikan arahan langsung
sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan.
3.
Pendekatan tidak
langsung (non-direktif) maksudnya cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan
tapi ia lebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh
guru-guru
4.
Pendekatan kolaboratif maksudnya pendekatan yang memadukan cara pendekatan
direktif dan non-direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini
supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur,
proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
dihadapi guru
5.
Ada
beberapa prinsip yang digunakan supervisor dalam melaksanakan tugasnya, antara
lain adalah prinsip ilmiah, prinsip demokratis, prinsip kerjasama serta prinsip
konstruktif dan kreatiif.
V. PENUTUP
Demikianlah
materi mengenai beberapa pendekatan dan prinsip supervisi pendidikan kami
sampaikan, mudah-mudahan dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi para pembaca
umumnya dan bagi penulis khususnya. Terimakasih atas perhatian dan
kerjasamanya, kurang lebihnya kami mohon maaf, karena kami menyadari dalam
penulisan maupun muatan materi masih banyak kekurangan maka kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kemajuan makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Imron, Ali. 2011. Supervisi
pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan,Bumi aksara: Jakarta
Maunah, Binti. 2009. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan
Praktek, Teras: Yogyakarta
Muslim,
Sri Benun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru, Alfabeta: Bandung
Nur Mufidah, Luk Luk. 2008. Supervisi Pendidikan, Center for
Society Studies : Jember
Sahertian, Piet A. 2008 Konsep
Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Rineka cipta: jakarta
[1] Prof.Drs. Piet
A,Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik
Supervisi Pendidikan, Rineka cipta, jakarta 2008 hal 44-49
[2] Prof.Dr.Ali
Imron,M.pd,M.s.i, Supervisi pembelajaran
Tingkat Satuan Pendidikan,Jakarta:Bumi aksara,2011 hal 78
[3] Binti Maunah, Supervisi
Pendidikan Islam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Teras, 2009), 137
[4] Sri Benun Muslim, Supervisi
Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru,(Bandung: Alfabeta,
2009), 80
[6]
Prof.Drs.Piet A.Sahertian op.cit hal
49-50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar