METODE ILMIAH
I.
PENDAHULUAN
Ilmu
pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik
alam besar (macro-cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Manusia sebagai
animal rational dibekali hasrat ingin tahu. Sifat ingin tahu manusia telah
dapat disaksikan sejak manusia kanak-kanak.
Pertanyaan-pertanyaan
seperti “ini apa?” “itu apa?” telah keluar dari mulut anak-anakn. Kemudian
timbul pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini?”, “mengapa begitu?”, dan
selanjutnya berkembang menjadi pertanyaan pertanyaan semacam “bagaimana hal itu
terjadi?”, “bagaimana memecahkannya?”, dan sebagainya. Bentuk-bentuk pertanyaan
seperti diatas itu juga telah diketemukan sepanjang sejarah manusia. Manusia
berusaha mencari jawab atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu
manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Di
dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya
adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.
Menurut
Suryabrata (1983:3), “Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh
pengetahuan menegnai hal yang dipertanyakannya. Dan penegetahuan yang
diinginkannya. Dan pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan yang
benar. Pengetahuan yang benar atau kebenaran memang secara inherent dapat
dicapai manusia, baik melalui cara yang ilmiah maupun non ilmiah.[1]
Dengan
demikian, merujuk pendapat diatas bahwa pengetahuan yang benar dapat dicapai
manusia melaui cara atau metedelogi ilmiah ataupun non ilmiah, maka pembahasan
kita saat ini yakni tentang metode ilmiah yang merupakan salah satu fasilitator
manusia untuk mencapai kebenaran dari sebuah pengetahuan yang dipertanyakannya.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Apakah
Metode ilmiah itu?
B.
Bagaimana
prosedur penyusunan metode ilmiah?
C.
Mengapa
dalam ilmu pengetahuan harus ada metode ilmiah?
D.
Metode
ilmiah seperti apakah yang cocok untuk diterapkan dalam kajian keilmuan di
fakultas pendidikan saat ini?
III.
PEMBAHASAN
A.
Apakah
Metode Ilmiah itu
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pegetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan
disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkanya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan apat disebut ilmu tercantum dalam
apa yang dinamakan metode ilmiah. Metode merupakan suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Meodologi
meupakan suatu pengakajian dalammmempelajari peraturan-peraturan dalam metode
tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan
yang terdapat dalam metode ilmiah.[2]
Selain deinisi di atas ada beberapa
pendapat lain mengenai metode ilmiah, antara lain adalah pendapat dari (Almack,
1939) Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan menurut berpendapat
bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu
interelasi.[3]
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpukan bahwa metode ilmiah adalah
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan langkah) yang harus dilakukan
untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science project).
B.
Bagaimana
Prosedur atau sistematis penyusunan metode ilmiah
Untuk memperoleh ilmu salah satu yang
harus dipahami oleh seorang ilmuan adalah mengetahui cara apa yang harus
digunakan. Ilmu dapat digali atau dicari dengan menggunakan prosedur yang
disebut dengan metode ilmiah. Langkah-langkah sebagai alur berpikir yang
mencakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam suatu prosedur yang
mencerminkan tahapan-tahapan dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah
yang berintikan logico-hypotetico-verifikatif
ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: [4]
1. Rumusan
masalah, ini merupakan langkah pertama dalam metode ilmiah
berisi pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya dan dapat di
identifikasi faktor-faktor yang terkait didalamnya.
2. Menentukan
khasanah pengetahuan ilmiah, ini merupakan langkah
kedua dalam metode ilmiah , berisi kumpulan informasi-informasi ilmiah yang
digali melalui berbagai literatur ilmiah, jurnal ilmiah, diskusi ilmiah,
wawancara dengan narasumber atau pakar bidang keilmuan terkait dengan
permasalahan yang akan carikan solusi pemecahannya.
3. Penyusunan
kerangka berpikir dala penyusunan hipotesis, ini merupakan
langkah ketiga dalam metode ilmiah berisi argumentasi yang dibangun berdasarkan
khasanah ilmu pengetahuan ilmiah yang diambil sebagai landasan teori, sehingga
dapat menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang
saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan atau hibungan antara
variable bebas dan variabel terikat. Karena berpikir ini disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenaranya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4. Penyusunan
hipotesis, ini merupakan langkah keempat dalam metode ilmiah, berisi jawaban
sementara atau dugaan sementara terhadap yang akan diajukan dalam perumusan
masalah, sedangkan rumusan hipotesis ini materi yang dibuat berupa kesimpulan
dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
5. Pengujian
hipotesis, ini adalh langkah kelima dalam metode ilmiah berisi
kegiatan pengumpulan fakta atau data-data empiris yang relevan dengan hipotesis
yang diajukan, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji statistic, sedangkan
hasilnya dapat dijadikan sebagai data untuk memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung tersebut atau tidak.
6. Penarikan
kesimpulan, ini merupakan langkah keenam dalam
metode ilmiah berisi penilaian apakah hipotesis yang diajukan berdasarkan data
yang ditemukan dilapangan diterima atau ditolak. Bila dalam proses pengujian
terdapat fakta-fakta yang cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis yang
diajukan dapat diterima. Sebaliknya, bila data-data yang dikumpulkan dari
lapangan ternyata tidak mendukung hipotesis yang diajukan maka hipotesis yang
diajukan ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari
pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan, yaitu mempunyai
kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta
telah diuji kebenarannya. Pengertisn kebenaran disini baru ditafsirkan secara
pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan
sebaliknya.
Sebenarnya ada
beberapa cara yang dilakukan para ilmuan dalam penyusunan metode ilmiah, cara
tersebut bisa lebih praktis seperti:
dapat pula lebih
komplek seperti:
1)
Memilih dan mendefinisikan masalah.
2)
Survei terhadap data yang tersedia.
3)
Memformulasikan hipotesa.
4)
Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam
menguji hipotesa.
5)
Mengumpulkan data primair.
6)
Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7)
Membual generalisasi dan kesimpulan.
8)
Membuat Laporan
Setelah kita pelajari sebenarnya cara
apapun yang dilakukan sebuah metode ilmiah tentunya mempunyai tujuan yang sama
yaitu untuk mencari suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis yang pada akhirnya adalah untuk menciptakan
ilmu pengetahuan.
C.
Mengapa
dalam ilmu pengetahuan harus ada metode ilmiah
Ilmu bukan sekadar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan
(knowledge), tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah semacam
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Bagaimana cara menyusun
kumpulan pengetahuan agar menjadi ilmu? Jawabnya pengetahuan itu harus
dikandung dulu oleh filsafat , lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh
matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah. Maka seseorang yang
ingin berilmu perlu memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki pengetahuan
tentang logika, matematika, statistika dan bahasa. Kemudian pengetahuan yang
banyak itu diolah oleh suatu metode tertentu. Metode itu ialah metode ilmiah.
Pengetahuan tentang metode ilmiah diperlukan juga untuk menyusun
pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menjadi ilmu dan menarik pengetahuan
lain yang dibutuhkan untuk melengkapinya.
Lalu bagaimana
mungin sebuah ilmu pengetahuan tidak terdapat mtode ilmiah sedangkan cara mencari
atau memperolehnya kita harus menggunakan tahap-tahap yang disusun secara
sistematis yaitu metode ilmiah.
D. Metode ilmiah seperti apakah yang cocok untuk diterapkan
dalam kajian keilmuan di fakultas pendidikan saat ini
Ilmu dicirikan
dengan pemakaian sistem dan metode ilmiah yang dapat diberikan dalam berbagai
bentuk. Metode ilmu dapat bersifat sangat teoritis dan apriori dengan membuat
unsur-unsur bangunannya sendiri. Metode ilmu juga dapat bersifat empiris dengan
unsur-unsur bangunan yang seakan-akan diolah dari lingkungan.[5]
Metode ilmiah
yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang bersangkutan.
Macam-macam objek ilmu antara lain fisiko-kimia, mahluk hidup, psikis, sosio
politis, humanistis dan religius. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian
yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu
realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini membahas
tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi
dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang
materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berari bahwa
aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan. Epistemologis
membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern,
jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar
utamanya rasionalisme dan empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya
ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis.
IV.
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan dalam makalah ini maka dapat
diringkas sebagai berikut bahwa ilmu (science) memiliki makna yang lebih
kompleks daripada pengetahuan (knowledge). Ilmu memiliki tiga makna yang satu
sama lain saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan. Pertama, ilmu sebagai
proses berarti aktivitas penelitian; kedua, ilmu sebagai prosedur berarti
metode ilmiah; dan yang terakhir, ilmu sebagai produk berarti pengetahuan yang
sistematis. Hubungan diantara ketiganya adalah bahwa ilmu harus diusahakan
dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode
tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengeahuan yang
sistematis. Metode tertentu itu dinamakan metode ilmiah. Metode ilmiah ini
memili banyak langkah dari mulai penentuan masalah, pengajuan hipotesis, dengan
menggunakan logika deduktif atas dasar teori kebenaran koherensi sampai pada
pembuktian hipotesis yang menggunakan logika deduktif atas dasar teori
kebenaran teori koherensi sampai kepada pembuktian hipotesis yang menggunakan
logika induktif atas dasar teori kebenaran korespondensi. Kesemuanya dilakukan
dalam rangka mengamalkan logicohypothetico-verifikasi. Tidak cukup sampai di
situ, pengetahuan ilmiah yang dilahirkan dari metode ilmiah agar menjadi
kebenaran ilmiah juga harus pragmatis, meskipun mau tidak mau ia akan menjadi
tua dan tergantikan oleh yang muda.
V.
PENUTUP
Demikianlah
materi tentang metode ilmiah yang penulis sampaikan, semoga dapat dijadikan bahan pelajaran bagi para pembaca
umumnya dan bagi penulis khususnya. Terima kasih atas perhatian dan
kerjasamanya, kurang lebihnya kami mohon maaf. Karena kami menyadari dalam
penulisan maupun muatan materi masih banyak kekurangan maka kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kemajuan makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Adib Mohammad, 2010. Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi,
Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fuad Hasan A, 2010. Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Rineka Cipta
Suryabrata Sumadi, 2003. Metodologi penelitian. Jakarta: Grafindo
http://coretantintadwi.wordpress.com/2011/03/11/teori-kebenaran-pengetahuan-dan-teori-kebenaran-ilmiah-tugas-makul-filsafat-ilmu/2012/06/18/17:15
http://eziekim.wordpress.com/2011/03/14/metode-ilmiah/2012/06/18/17:25
[1] Sumadi Suryabrata, Metodologi penelitian. (Jakarta:
Grafindo, 2003), cet. ke-1, hlm. 3.
[2] Mohammad Adib,
Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011 hlm. 93-94
[4] A. Fuad Hasan,
Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 hlm. 22
[5] http://coretantintadwi.wordpress.com/2011/03/11/teori-kebenaran-pengetahuan-dan-teori-kebenaran-ilmiah-tugas-makul-filsafat-ilmu/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar