Sabtu, 06 Oktober 2012

METODE ILMIAH


METODE ILMIAH
I.                   PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro-cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Manusia sebagai animal rational dibekali hasrat ingin tahu. Sifat ingin tahu manusia telah dapat disaksikan sejak manusia kanak-kanak.
Pertanyaan-pertanyaan seperti “ini apa?” “itu apa?” telah keluar dari mulut anak-anakn. Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini?”, “mengapa begitu?”, dan selanjutnya berkembang menjadi pertanyaan pertanyaan semacam “bagaimana hal itu terjadi?”, “bagaimana memecahkannya?”, dan sebagainya. Bentuk-bentuk pertanyaan seperti diatas itu juga telah diketemukan sepanjang sejarah manusia. Manusia berusaha mencari jawab atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.
Menurut Suryabrata (1983:3), “Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan menegnai hal yang dipertanyakannya. Dan penegetahuan yang diinginkannya. Dan pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar atau kebenaran memang secara inherent dapat dicapai manusia, baik melalui cara yang ilmiah maupun non ilmiah.[1]
Dengan demikian, merujuk pendapat diatas bahwa pengetahuan yang benar dapat dicapai manusia melaui cara atau metedelogi ilmiah ataupun non ilmiah, maka pembahasan kita saat ini yakni tentang metode ilmiah yang merupakan salah satu fasilitator manusia untuk mencapai kebenaran dari sebuah pengetahuan yang dipertanyakannya.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah Metode ilmiah itu?
B.     Bagaimana prosedur penyusunan metode ilmiah?
C.     Mengapa dalam ilmu pengetahuan harus ada metode ilmiah?
D.    Metode ilmiah seperti apakah yang cocok untuk diterapkan dalam kajian keilmuan di fakultas pendidikan saat ini?
III.             PEMBAHASAN
A.    Apakah Metode Ilmiah itu
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pegetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkanya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan apat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Meodologi meupakan suatu pengakajian dalammmempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.[2]
Selain deinisi di atas ada beberapa pendapat lain mengenai metode ilmiah, antara lain adalah pendapat dari (Almack, 1939) Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan menurut berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.[3] Dari beberapa definisi di atas dapat disimpukan bahwa metode ilmiah adalah Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan langkah) yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science project).

B.     Bagaimana Prosedur atau sistematis penyusunan metode ilmiah
Untuk memperoleh ilmu salah satu yang harus dipahami oleh seorang ilmuan adalah mengetahui cara apa yang harus digunakan. Ilmu dapat digali atau dicari dengan menggunakan prosedur yang disebut dengan metode ilmiah. Langkah-langkah sebagai alur berpikir yang mencakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam suatu prosedur yang mencerminkan tahapan-tahapan dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan logico-hypotetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: [4]
1.      Rumusan masalah, ini merupakan langkah pertama dalam metode ilmiah berisi pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya dan dapat di identifikasi faktor-faktor yang terkait didalamnya.
2.      Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah, ini merupakan langkah kedua dalam metode ilmiah , berisi kumpulan informasi-informasi ilmiah yang digali melalui berbagai literatur ilmiah, jurnal ilmiah, diskusi ilmiah, wawancara dengan narasumber atau pakar bidang keilmuan terkait dengan permasalahan yang akan carikan solusi pemecahannya.
3.      Penyusunan kerangka berpikir dala penyusunan hipotesis, ini merupakan langkah ketiga dalam metode ilmiah berisi argumentasi yang dibangun berdasarkan khasanah ilmu pengetahuan ilmiah yang diambil sebagai landasan teori, sehingga dapat menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan atau hibungan antara variable bebas dan variabel terikat. Karena berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenaranya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
4.      Penyusunan hipotesis, ini merupakan langkah keempat dalam metode ilmiah, berisi jawaban sementara atau dugaan sementara terhadap yang akan diajukan dalam perumusan masalah, sedangkan rumusan hipotesis ini materi yang dibuat berupa kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
5.      Pengujian hipotesis, ini adalh langkah kelima dalam metode ilmiah berisi kegiatan pengumpulan fakta atau data-data empiris yang relevan dengan hipotesis yang diajukan, kemudian dilakukan analisis menggunakan uji statistic, sedangkan hasilnya dapat dijadikan sebagai data untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung tersebut atau tidak.
6.      Penarikan kesimpulan, ini merupakan langkah keenam dalam metode ilmiah berisi penilaian apakah hipotesis yang diajukan berdasarkan data yang ditemukan dilapangan diterima atau ditolak. Bila dalam proses pengujian terdapat fakta-fakta yang cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Sebaliknya, bila data-data yang dikumpulkan dari lapangan ternyata tidak mendukung hipotesis yang diajukan maka hipotesis yang diajukan ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan, yaitu mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah diuji kebenarannya. Pengertisn kebenaran disini baru ditafsirkan secara pragmatis, artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dilakukan para ilmuan dalam penyusunan metode ilmiah, cara tersebut bisa lebih praktis seperti:
1)      Observasi Awal
4)      Melakukan Eksperimen
dapat pula lebih komplek seperti:
1)      Memilih dan mendefinisikan masalah.
2)      Survei terhadap data yang tersedia.
3)      Memformulasikan hipotesa.
4)      Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5)      Mengumpulkan data primair.
6)      Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7)      Membual generalisasi dan kesimpulan.
8)      Membuat Laporan
Setelah kita pelajari sebenarnya cara apapun yang dilakukan sebuah metode ilmiah tentunya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mencari suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis yang pada akhirnya adalah untuk menciptakan ilmu pengetahuan.
C.     Mengapa dalam ilmu pengetahuan harus ada metode ilmiah
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan (knowledge), tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah semacam pengetahuan yang telah disusun secara sistematis. Bagaimana cara menyusun kumpulan pengetahuan agar menjadi ilmu? Jawabnya pengetahuan itu harus dikandung dulu oleh filsafat , lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika, bahasa, statistika dan metode ilmiah. Maka seseorang yang ingin berilmu perlu memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki pengetahuan tentang logika, matematika, statistika dan bahasa. Kemudian pengetahuan yang banyak itu diolah oleh suatu metode tertentu. Metode itu ialah metode ilmiah. Pengetahuan tentang metode ilmiah diperlukan juga untuk menyusun pengetahuan-pengetahuan tersebut untuk menjadi ilmu dan menarik pengetahuan lain yang dibutuhkan untuk melengkapinya.
Lalu bagaimana mungin sebuah ilmu pengetahuan tidak terdapat mtode ilmiah sedangkan cara mencari atau memperolehnya kita harus menggunakan tahap-tahap yang disusun secara sistematis yaitu metode ilmiah.
D.    Metode ilmiah seperti apakah yang cocok untuk diterapkan dalam kajian keilmuan di fakultas pendidikan saat ini
Ilmu dicirikan dengan pemakaian sistem dan metode ilmiah yang dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Metode ilmu dapat bersifat sangat teoritis dan apriori dengan membuat unsur-unsur bangunannya sendiri. Metode ilmu juga dapat bersifat empiris dengan unsur-unsur bangunan yang seakan-akan diolah dari lingkungan.[5]
Metode ilmiah yang dipakai dalam suatu ilmu tergantung dari objek ilmu yang bersangkutan. Macam-macam objek ilmu antara lain fisiko-kimia, mahluk hidup, psikis, sosio politis, humanistis dan religius. Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan, mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis.

IV.             KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan dalam makalah ini maka dapat diringkas sebagai berikut bahwa ilmu (science) memiliki makna yang lebih kompleks daripada pengetahuan (knowledge). Ilmu memiliki tiga makna yang satu sama lain saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan. Pertama, ilmu sebagai proses berarti aktivitas penelitian; kedua, ilmu sebagai prosedur berarti metode ilmiah; dan yang terakhir, ilmu sebagai produk berarti pengetahuan yang sistematis. Hubungan diantara ketiganya adalah bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengeahuan yang sistematis. Metode tertentu itu dinamakan metode ilmiah. Metode ilmiah ini memili banyak langkah dari mulai penentuan masalah, pengajuan hipotesis, dengan menggunakan logika deduktif atas dasar teori kebenaran koherensi sampai pada pembuktian hipotesis yang menggunakan logika deduktif atas dasar teori kebenaran teori koherensi sampai kepada pembuktian hipotesis yang menggunakan logika induktif atas dasar teori kebenaran korespondensi. Kesemuanya dilakukan dalam rangka mengamalkan logicohypothetico-verifikasi. Tidak cukup sampai di situ, pengetahuan ilmiah yang dilahirkan dari metode ilmiah agar menjadi kebenaran ilmiah juga harus pragmatis, meskipun mau tidak mau ia akan menjadi tua dan tergantikan oleh yang muda.

V.                PENUTUP
Demikianlah materi tentang metode ilmiah yang penulis sampaikan, semoga dapat dijadikan bahan pelajaran bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya, kurang lebihnya kami mohon maaf. Karena kami menyadari dalam penulisan maupun muatan materi masih banyak kekurangan maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kemajuan makalah-makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adib Mohammad, 2010.  Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fuad Hasan A, 2010. Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Rineka Cipta
Suryabrata Sumadi, 2003. Metodologi penelitian. Jakarta: Grafindo









[1] Sumadi Suryabrata, Metodologi penelitian. (Jakarta: Grafindo, 2003), cet. ke-1, hlm. 3.
[2] Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 hlm. 93-94
[3] http://eziekim.wordpress.com/2011/03/14/metode-ilmiah/
[4] A. Fuad Hasan, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 hlm. 22
[5] http://coretantintadwi.wordpress.com/2011/03/11/teori-kebenaran-pengetahuan-dan-teori-kebenaran-ilmiah-tugas-makul-filsafat-ilmu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar